ANGGARAN LAPAS KLAS IIA SUMBAWA





Penyerapan Anggaran Sampai Dengan Bulan Desember 2013 : 96,95 %
______________________________________________

Rabu, 24 Oktober 2012

Lapas Sumbawa Ubah Sampah Jadi Pupuk Organik


Sumbawa-- Jeruji besi tak menjadi penghalang bagi warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat untuk berkarya dan bangkit dari kegagalan mereka di masa lalu. Banyak kegiatan yang mereka lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka sebagai bekal kelak setelah bebas dari Lapas.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah memproduksi pupuk kandang Bokashi (Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati) yang berkualitas. Disamping dapat digunakan untuk perkebunan di dalam lapas, produk pupuk ini juga telah dipasarkan di luar Lapas.
Kepala Lapas Sumbawa, FA. Widyo Putranto ketika dihubungi INFO_PAS (16/10) menyampaikan bahwa untuk memproduksi pupuk organik tersebut, tidak memerlukan modal yang yang besar hanya menggunakan sampah-sampah dari dedaunan pohon kayu, kotoran binatang, abu sekam, dedak, gula, EM 4 dan air.
 “Cara membuatnya sangat praktis dan sederhana dan proses pembuatannya pun sangat sederhana sekali,” ujar Kalapas Widyo.
Produk Pupuk organik Cap “Terali besi” begitu biasa disebut karena diproduksi dari dalam Lapas Klas IIA Sumbawa Besar ini diperuntukkan untuk tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Nama Pupuk “Terali Besi” atas saran Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM Nusa Tenggara Barat (NTB), Indro Purwoko.
“Harga yang ditawarkan relatif murah yaitu Rp. 10.000,- untuk setiap kantongnya dengan berat 5 kg”, imbuh Kalapas Widyo.
Kalapas Sumbawa, Widyo juga mengungkapkan, pada awalnya hasil produksi pupuk ini hanya untuk kalangan petugas, namun akhirnya petugas Lapas memasarkan ke masyarakat yang membutuhkan, dan untuk saat ini baru diupayakan menembus pasaran di wilayah Sumbawa karena jumlah produksi masih terbatas.

“Saat ini sedang kita upayakan untuk mendapatkan mesin penyampur (blender) agar hasilnya lebih sempurna”, kata Widyo.
Kegiatan pengolahan pupuk ini juga merupakan salah satu program pembinaan dan asimilasi warga binaan di Lapas Sumbawa.
Selanjutnya Widyo juga menyampaikan bahwa kegiatan pembuatan pupuk ini melibatkan 17 orang warga binaan yang telah menjalani program asimilasi. Saat ini jumlah isi Lapas Sumbawa tergolong sudah over kapasitas. Seharusnya Lapas tersebut dihuni 164 orang penghuni, namun saat ini sudah dihuni 343 orang.

“Kami berharap bila bebas nanti warga binaan mempunyai keterampilan hingga menghasilkan pupuk yang berkualitas dan layak untuk dipasarkan sendiri,” pungkas Widyo. (Sumber : www.ditjenpas.go.id)

Tidak ada komentar: