Sumbawa-- Jeruji besi tak menjadi penghalang bagi warga
binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Sumbawa Besar, Nusa Tenggara
Barat untuk berkarya dan bangkit dari kegagalan mereka di masa lalu. Banyak
kegiatan yang mereka lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka sebagai
bekal kelak setelah bebas dari Lapas.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
memproduksi pupuk kandang Bokashi (Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati) yang
berkualitas. Disamping dapat digunakan untuk perkebunan di dalam lapas, produk
pupuk ini juga telah dipasarkan di luar Lapas.
Kepala Lapas Sumbawa, FA. Widyo Putranto
ketika dihubungi INFO_PAS (16/10) menyampaikan bahwa untuk memproduksi pupuk
organik tersebut, tidak memerlukan modal yang yang besar hanya menggunakan
sampah-sampah dari dedaunan pohon kayu, kotoran binatang, abu sekam, dedak,
gula, EM 4 dan air.
“Cara
membuatnya sangat praktis dan sederhana dan proses pembuatannya pun sangat
sederhana sekali,” ujar Kalapas Widyo.
Produk Pupuk organik Cap “Terali besi” begitu
biasa disebut karena diproduksi dari dalam Lapas Klas IIA Sumbawa Besar ini diperuntukkan
untuk tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Nama Pupuk “Terali Besi”
atas saran Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM Nusa Tenggara Barat (NTB), Indro
Purwoko.
“Harga yang ditawarkan relatif murah yaitu Rp.
10.000,- untuk setiap kantongnya dengan berat 5 kg”, imbuh Kalapas Widyo.
Kalapas Sumbawa, Widyo juga mengungkapkan,
pada awalnya hasil produksi pupuk ini hanya untuk kalangan petugas, namun
akhirnya petugas Lapas memasarkan ke masyarakat yang membutuhkan, dan untuk
saat ini baru diupayakan menembus pasaran di wilayah Sumbawa karena jumlah
produksi masih terbatas.
“Saat ini sedang kita upayakan untuk
mendapatkan mesin penyampur (blender) agar hasilnya lebih sempurna”, kata
Widyo.
Kegiatan pengolahan pupuk ini juga merupakan
salah satu program pembinaan dan asimilasi warga binaan di Lapas Sumbawa.
Selanjutnya Widyo juga menyampaikan bahwa
kegiatan pembuatan pupuk ini melibatkan 17 orang warga binaan yang telah
menjalani program asimilasi. Saat ini jumlah isi Lapas Sumbawa tergolong sudah over kapasitas. Seharusnya Lapas
tersebut dihuni 164 orang penghuni, namun saat ini sudah dihuni 343 orang.
“Kami berharap bila bebas nanti warga binaan
mempunyai keterampilan hingga menghasilkan pupuk yang berkualitas dan layak
untuk dipasarkan sendiri,” pungkas Widyo. (Sumber
: www.ditjenpas.go.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar